Rabu, 18 Desember 2013

KOLOID

  • SIFAT-SIFAT KOLOID
  • Bagaimana cara mengenal adanya koloid? Berikut ini diberikan pembahasan tentang beberapa cara mengenal koloid, yaitu melalui beberapa sifat koloid. Sifat-sifat koloid itu antara lain adalah efek tyndall, gerak Brown, daya adsorbsi, koagulasi, dialisis dan elektroforisis.
    Efek Tyndall
    Partikel koloid mempunyai sifat dapat menghamburkan cahaya., sehingga jika seberkar cahaya dilewatkan kedalam sistem koloid akan menyebabkan berkas cahaya yang tampak. Hamburan cahaya oleh partikel koloid ini disebut sebagai efek tyndall. Sifat ini dapat kita amati jika seberkas cahaya masuk kedalam ruang yang gealap, dan merupakan pembuktian paling sederhana bahwa suatu zat merupakan sistem koloid. Dalam kehidupan sehari-hari efek tyndall dapat dilihat antara lain:
    a. tampaknya hamburan cahaya lampu kendaraan atau lampu senter pada saat malam hari;
    b. tampaknya cahaya proyektor pada gedung bioskop oleh asap rokok penonton;
    c. penghamburan cahaya oleh partikel koloid yang mengakibatkan langit berwarna biru;
    d. Warna cahaya matahari pada saat akan terbit atau terbenam, hal ini karena cahaya matahari mengalami difraksi oleh partikel=partikel koloid di atmosfer

    Gerak Brown
    Pada saat anda melihat seberkas cahaya matahari kedalam ruang kamar yang gelap, anda akan selalu melihat gerakan-gerakan partikel yang tidak teratur. Jika gerakan partikel tersebut dapat diamati dengan alat pembesar (mikroskop) sebenarnya gerakan partikel-partikel itu merupakan gerakan-gerakan yang lurus dan terputus-putus. Gerakan partikel ini dinamakan gerak Brown. Gerak Brown dapat terjadi akibat tumbukan antar partikel dalam sistem koloid.








    Gerak acak partikel koloid dengan mikroskop ultra

    Daya Adsorbsi
    Suatu partikel koloid bermuatan listrik karena adanya penyerapan ion pada permukaan partikel tersebut. Gejala ini disebut absorbsi. Besarnya zat asing yang dapat diabsorpsi tergantung pada luas permukaan partikel koloid. Suatu koloid Fe(OH)3 dalam air akan menyerap ion hidrogen sehingga bermuatan positif sedangkan koloid As2S3 akan menyerap ion S2- sehingga bermuatan negatif.
    + ........................................._
    ...........+ + _ ........._
    ......+
    .........Fe(OH)3 ..+................ _. As2S3. _
    +
    .............................+....................._................._
    + + .............................._...... _


    Dengan adanya sifat absorbsi pada partikel koloid maka koloid sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, antara lain digunakan pada proses pemutihan gula, menghilangkan bau klor pada air, menghilangkan bau badan dengan tawas, pewarnaan pada kain, obat sakit perut (norid).

    Koagulasi
    Koagulasi adalah peristiwa penggumpalan atau pengendapan koloid. Koagulasi koloid ada dua cara, yaitu:

    a. Cara mekanik, misalnya pengadukan, pemanasan atau pendinginan.
    b. Cara kimia, misalnya dengan penambahan larutan elektrolit.

    Cara penggumpalan koloid ini sangat penting dalam dunia industri misalnya, pada proses penjernihan air, penggumpalan lateks, pembuatan tahu.

    Menurut Hardly-Schulze kekuatan ion untuk mengendapkan koloid sebanding dengan muatan ion. Makin besar muatan ion makin besar pula kekuatan untuk mengendapkan koloid.
    Contoh:
    1. Sol As2S3 yang bermuatan negatif dapat diendapkan dengan ion positif, seperti ion Al3+, Ba2+, Na+, K+. Jika konsentrasinya sama kekuatan pengendapan sesuai urutan Al3+, Ba2+, K+. Oleh karena itu pada proses penjernihan air minum digunakan tawas, sebab daya pengendap Al3 sangat efektif.
    2. Sol Fe(OH)3 bermuatan positif dapat diendapkan dengan menambahkan ion negatif misalnya PO43-, SO42- atau Cl-.
    3. Tawas yang mengandung ionAl3+ dan SO42- digunakan untuk mengendapkan lumpur koloid pada penjernihan air di PAM.
    4. Partikel karet dalam lateks dapat dikoagulasikan dengan asam asetat
    5. Partikel sari kedele (kembang tahu) dikoagulasikan dengan asam asetat
    6. Partikel tanah liat dalam air sungai merupakan partkel kolid dan akan mengendap jika bercampur dengan air sungai yang lain atau air laut sehingga terbentuk delta di muara sungai.

    Koloid Pelindung
    Koloid pelindung adalah sistem koloid yang dapat memberikan efek kestabilan koloid terhadap koloid yang lain. Koloid pelindung ini membentuk lapisan disekeliling partikel koloid yang lain sehingga melindungi muatan koloid tersebut. Koloid pelindung ini banyak digunakan dalam pembuatan es krim, obat-obatan, tinta dan cat.

    Dialisis
    Cara untuk menstabilkan koloid dari ion-ion pengganggu dengan jalan:
    a. Dialisis
    Untuk menghindari koagulasi koloid dari ion-ion pengganggu, maka ion-ion pengganggu itu perlu dihilangkan. Misalnya pada pembuatan sol Fe(OH)3 ada ion pengganggu H+ dan Cl-. Cara menghilangkan ion pengganggu tersebut dengan memasukkan koloid ke dalam kantong yang terbuat dari kertas perkamen atau membran selofan. Kemudian kantong yang bersifat semipermiabel sehingga koloid terhindar dari ion pengganggu dan menjadi stabil

    Gambar proses dialisis
    b. elektrodialisis

    Caranya hampir sama dengan dialisis bedanya hanya dilengkapi dengan elektrode yang dihubungkan pada sumber arus searah. Ion pengganggu dalam kantong akan tertarik oleh elektrode yang berlawanan muatannya, yaitu kation akan tertarik oleh elektrode negatif (katode) dan anion akan tertarik oleh elektrode positif (anode)



    c. penyaring ultra
    Pada prinsipnya sama dengan dialisis hanya untuk memisahkan sol dari ion-ion pengganggu yang digunakan sebagai penyaring ultra atau membran selofan. Penyaring ultra ini dapat dilalui oleh zat-zat elektrolit dan partikel-partikel lainnya, tetapi solnya tidak.

    Elektroforisis
    Jika sepasang elektrode dimasukan ke dalam sistem koloid dan kedua elektrode dihubungkan pada sumber arus listrik searah (DC), maka partikel-partikel koloid akan bergerak ke arah elektrode tersebut karena partikel-partikel koloid tersebut bermuatan. Partikel koloid yang bermuatan positif bergerak menuju elektrode negatif (Katode) sedangkan partikel koloid yang bermuatan negatif akan bergerak menuju elektrode positif (anoda). Gejala tersebut dikenal dengan elektroforesa. Dengan adanya elektroforesa, koloid ini dapat menggumpal yang disebut dengan koagulasi.
    Pemakaian prinsip elektroforesa adalah:
    a. pengendapan debu-debu logam dan karbon pada knalpot kendaraan (sehingga pencemaran uap logam dapat dikurangi)
    b. pembersisan asap cerobong pabrik sehingga partikel-partikel yang berbahaya tidak mencemari udara
    c. pelapisan karet pada permukaan logam dengan sol lateks;
    d. pengecatan bagian logam pada mobil dengan pigmen koloid.

Koloid liofil dan koloid liofob

Koloid liofil dan koloid liofob merupakan jenis koloid yang berbentuk sol. Berdasarkan sifat adsorpsinya sol dibedakan atas sol liofil dan sol liofob.
  1. Koloid liofil
Sol liofil atau koloid liofil merupakan jenis koloid yang fase terdispersinya dapat mengikat atau menarik medium pendispersinya. Jika medium pendispersinya air disebut hidrofil.
Contoh : protein, sabun, deterjen, agar-agar, kanji, dan gelatin
  1. Koloid  liofob
Koloid liofob atau sol liofob merupakan koloid yang fase terdispersinya tidak dapat menarik medium pendispersinya (tidak suka cairan). Jika medium pendispersinya air disebut  hidrofob.
Contoh : susu, mayonaise, sol belerang, sol Fe(OH)3, sol sulfida, dan sol-sol logam.


Perbandingan sifat koloid liofil dengan koloid liofob

Koloid liofil
Koloid liofob
Mengadsorpsi mediumnya.
Dapat dibuat dengan konsentrasi yang relatif besar.
Tidak mudah digumpalkan dengan penambahan elektrolit.
Viskositas(kekentalan) lebih besar daripada mediumnya.
Bersifat reversibel
Efek Tyndall lemah
Tidak mengadsorpsi mediumnya
Hanya stabil pada konsentrasi kecil
Mudah menggumpal pada penambahan elektrolit
Viskositas hampir sama dengan mediumnya.
Tidak reversibel
Efek Tyndall lebih jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar